Senin, 22 Maret 2010

MACAM-MACAM BATASAN AURAT

A. Definisi Aurat
Aurat adalah bagian tubuh manusia yang tabu dan dosa untuk diperlihatkan kepada orang lain kecuali terhadap mukhrim atau suami atau istri sendiri. Secara umum aurat itu dibagi menjadi dua yaitu;
1. Aurat Ghalidhah (yaitu Qubul, lubang depan yang biasanya disebut dzakar atau vagina dan Dubur, yaitu lubang belakang atau anus).
2. Aurat Khafifah yaitu seluruh anggota tubuh selain dari qubul dan dubur. Keterangan dalam kitab al-Jauhar al-Nirah, Juz 1 hal. 189.
الْعَوْرَةُ عَلَى نَوْعَيْنِ: غَلِيظَةٌ كَالْقُبُلِ وَالدُّبُرِ ، وَخَفِيفَةٌ وَهِيَ مَا عَدَاهُمَا

B. Kriteria Pembagian Jenis Aurat
Pendapat berbagai Ulama dalam membagi kriteria aurat secara terperinci diuraikan di bawah ini:

1. Aurat Laki-Laki
a. Menurut pendapat madzhab Syafi’iyah, aurat orang laki-laki di dalam shalat dan di luar shalat itu adalah anggota tubuh mulai dari pusar sampai dengan lutut. Diterangkan di dalam kitab Hasyiyah al-Jamal juz 4 hal. 12-14 dan kitab I’anah al-Thalibin, Juz 1 hal.133.
وَالْعَوْرَةُ مِنْ الرَّجُلِ مَا تَحْتَ السُّرَّةِ إلَى الرُّكْبَةِ ( قَوْلُهُ وَالْعَوْرَةُ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ ) هُوَ تَتِمَّةُ الْحَدِيثِ وَالْمُرَادُ الْعَوْرَةُ فِي الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا بِقَرِينَةِ الْإِظْهَارِ فِي مَحَلِّ الْإِضْمَارِ ا هـ شَيْخُنَا

b. Menurut Imam Zarkasyi, aurat pria di luar shalat dan ketika berada di tempat yang sepi adalah hanya dubur dan dzakar (alat kelaminnya) saja. Hal ini diterangkan dalam kitab: Syarhu al-Bahjah al-Wardiyah, juz 3 hal. 467 dan kitab Tuhfah al-Muhtaj fi Syarhi al-Minhaj, Juz 6 hal. 243.
قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَالْعَوْرَةُ الَّتِي يَجِبُ سَتْرُهَا فِي الْخَلْوَةِ السَّوْأَتَانِ فَقَطْ مِنْ الرَّجُلِ

c. Dalam kitab Hasyiah al-Bujairami, Juz 4 hal. 74. Mushanif berpendapat bahwa aurat orang laki-laki hanyalah qubul (dzakar) dan dubur (anus) saja. Tetapi pendapat ini hanya khusus untuk orang laki-laki saja tidak berlaku bagi budak perempuan (amat).

قَوْلُهُ أَيْضًا بِجَامِعِ أَنَّ رَأْسَ كُلٍّ مِنْهُمَا لَيْسَ بِعَوْرَةٍ أَيْ:فِي الصَّلَاةِ نَعَمْ يَفْتَرِقَانِ فِي أَنَّ لَنَا وَجْهًا بِأَنَّ عَوْرَةَ الرَّجُلِ الْقُبُلُ وَالدُّبُرُ خَاصَّةً وَهُوَ لَا يَجْرِي فِي الْأَمَةِ

Dikatakan, Imam Malik juga berpendapat bahwa aurat yang wajib ditutupi bagi orang laki-laki dan amat (budak perempuan) adalah dua alat kelaminnya saja.
وَخَرَجَ بِذَلِكَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ فَلَيْسَ بِعَوْرَةٍ عَلَى الْأَصَحِّ وَقِيْلَ الَرُّكْبَةِ مِنْهَا دُوْنَ السُّرَّةِ وَقِيْلَ عَكْسُهُ وَقِيْلَ اَلسَّوْاَ تَانِ فَقَدْ وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ وَجَمَاعَةٌ.
(Mughni al-Mukhtaj, Juz 1 hal. 256.)

d. Dan menurut Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi perintah menutupi aurat itu adalah bertujuan untuk memuliakan dan menjaga kemaluan, tidak untuk merendahkan dan menghinakannya, karena kemaluan adalah termasuk barang yang tabu dan jijik apabila terbuka atau telanjang dan tidak buruk secara dhohir dan hakikinya, sesungguhnya barang yang harus ditutupi itu adalah qubul (dzakar atau vagina) dan dubur (anus). Dijelaskan di dalam kitab: Hasyiah al-Shawi ‘ala Syarhi al-Shaghir, Juz 1 bab Satru al-aurat.
قَوْلُهُ: (وَسَتْرِ الْعَوْرَةِ): السَّتْرُ بِفَتْحِ السِّينِ لِأَنَّهُ مَصْدَرٌ ، وَأَمَّا بِالْكَسْرِ فَهُوَ مَا يَسْتَتِرُ بِهِ . وَالْعَوْرَةُ: مِنْ الْعَوَرِ ، وَهُوَ الْقُبْحُ لِقُبْحِ كَشْفِهَا لَا نَفْسِهَا ، حَتَّى قَالَ مُحْيِي الدِّينِ بْنُ الْعَرَبِيِّ: الْأَمْرُ بِسَتْرِ الْعَوْرَةِ لِتَشْرِيفِهَا وَتَكْرِيمِهَا لَا لِخِسَّتِهَا فَإِنَّهُمَا – يَعْنِي الْقُبُلَيْنِ - مَنْشَأُ النَّوْعِ الْإِنْسَانِيِّ الْمُكَرَّمِ الْمُفَضَّلِ. ا هـ .

2. Aurat Wanita
a. Pendapat Syafi’iyah, bahwa aurat wanita di luar shalat ketika bersama orang laki-laki lain adalah seluruh tubuhnya. Diterangkan dalam kitab: Matan Safinah an-Najah, hal. 12.
وَعَوْرَةُ اْلحُرَّةِ وَاْلاَمَّةِ عِنْدَ اْلاَجَا نِبِ جَمِيْعُ الْبَدَنِ.

b. Aurat orang perempuan ketika shalat maupun di luar shalat adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan dua telapak tangan. Hal ini diterangkan dalam kitab: Hasyiah Bujairami, Juz 4 hal. 74 dan Hasyiah al-Jamal, Juz 4 hal. 12-14.
(و) عَوْرَةُ (حُرَّةٍ غَيْرُ وَجْهٍ وَكَفَّيْنِ) ظَهْرًا وَبَطْنًا إلَى الْكُوعَيْنِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى:{وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا} وَهُوَ مُفَسَّرٌ بِالْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ وَإِنَّمَا لَمْ يَكُونَا عَوْرَةً ؛ لِأَنَّ الْحَاجَةَ تَدْعُو إلَى إبْرَازِهِمَا.

c. Menurut Imam Mazani, telapak kaki orang perempuan dalam shalat maupun di luar shalat adalah bukan termasuk dari aurat. Diterangkan dalam kitab: Mughni al-Mukhtaj, Juz 1 hal. 257.
وَفِيْ قَوْلِهِ اَوْ وَجْهٌ أَنَّ بَاطِنَ قَدَمَيْهَا لَيْسَ بِعَوْرَة وَقَالَ المَزَانِيْ لَيْسَ القَدَمَانِ عَوْرَةٌ

d. Imam al-Zarkasyi berpendapat, orang perempuan ketika dalam keadaan sendirian atau pada tempat yang sepi adalah cukup menutupi sesuatu di antara pusar sampai dengan lutut. Diterangkan dalam kitab: Syarhu al-Bahjah al-Wardiyah, Juz 3 hal. 467.
قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَالْعَوْرَةُ الَّتِي يَجِبُ سَتْرُهَا فِي الْخَلْوَةِ السَّوْأَتَانِ فَقَطْ مِنْ الرَّجُلِ وَمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ مِنْ الْمَرْأَةِ نَبَّهَ عَلَيْهِ الْإِمَامُ وَإِطْلَاقُهُمْ مَحْمُولٌ عَلَيْهِ.

e. Dalam kitab Matan Sulam al-Safinah, hal 12-13: aurat orang perempuan adalah dari pusar sampai dengan lututnya saja ketika bersama muhrimnya atau ketika bersama dengan sesama wanitanya.
وَعَوْرَةُ اْلحُرَّةِ وَاْلاَمَّةِ عِنْدَ اْلاَجَانِبِ جَمِيْعُ الْبَدَنِ وَعِنْدَ مَحَارِمِهَا واَلنـِّسَاءِ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

3. Aurat Wanita Pekerja (Budak atau hamba sahaya, karyawan)
a. Menurut penganut madzhab Syafi’i aurat budak ketika sholat adalah seperti auratnya wanita khurri (wanita merdeka) yaitu seluruh tubuhnya kecuali kepala, wajah dan kedua telapak tangannya, diterangkan dalam kitab: Hasyiah Qulyubi wa ‘Amirah, Juz 3 hal. 442. dan bisa dilihat dalam kitab Nihayah al-Zain, hal. 46.
وَالثَّانِي عَوْرَتُهَا (أي اْلأَمَةُ) كَالْحُرَّةِ إلَّا رَأْسَهَا، أَيْ عَوْرَتُهَا مَا عَدَا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ وَالرَّأْسِ.
b. Menurut qoul yang lebih shahih seperti yang telah diterangkan oleh Imam al-Baihaqi aurat budak ketika sholat maupun di luar sholat adalah seperti auratnya orang laki-laki yaitu antara pusar sampai dengan lutut.
c. Keterangan kitab Fathu al-Wahab, Juz 1 hal. 87 dan kitab Hasyiah Qulyubi Wa ‘Amirah, Juz 3 hal. 442.
(وَ) ثَالِثُهَا (سَتْرُ الْعَوْرَةِ) صَلَّى فِي الْخَلْوَةِ أَوْ غَيْرِهَا، فَإِنْ تَرَكَهُ مَعَ الْقُدْرَةِ لَمْ تَصِحَّ صَلاَ تُهُ (وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ) حُرًّا كَانَ أَوْ عَبْدًا (مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ) لِحَدِيثِ الْبَيْهَقِيّ، وَإِذَا زَوَّجَ أَحَدُكُمْ أَمَتَهُ عَبْدَهُ أَوْ أَجِيرَهُ فَلَا تَنْظُرُ إلَى عَوْرَتِهِ، وَالْعَوْرَةُ مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ، (وَكَذَا اْلأَمَةُ) عَوْرَتُهَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ (فِي اْلأَصَحِّ) إلْحَاقًا لَهَا بِالرَّجُلِ.

4. Aurat Khuntsa (orang yang mempunyai dua jenis kelamin)
a. Aurat khuntsa hukumnya adalah seperti aurat perempuan baik budak/hamba sahaya atau wanita merdeka.
(وَخُنْثَى كَأُنْثَى) رِقًّا وَحُرِّيَّةً
(Hasyiah al-Jamal, Juz 4 hal. 12-14.)
وَظَاهِرٌ أَنَّ الْخُنْثَى كَالْمَرْأَةِ
(Nihayah al-Muhtaj ila Syarkhi al-Minhaj, juz 4 hal 414.)
b. Menurut pendapat yang shahih seperti keterangan Syekh Abdul Hamid al-Tsarwani aurat khuntsa adalah seperti perempuan merdeka kecuali wajah, kedua telapak tangan dan kepalanya. Diterangkan dalam kitab Khawasyi al-Tsarwani, Juz 2 hal 120.

وَ الْخُنْثَى (فِي اْلأَصَحِّ) عَوْرَتُهَا كَالْحُرَّةِ إلَّا رَأْسَهَا ، أَيْ عَوْرَتُهَا مَا عَدَا الْوَجْهَ وَالْكَفَّيْنِ وَالرَّأْسَ

Tidak ada komentar: